Udah lama banget pengen nulis pengalaman road trip musim panas kemaren di blog ini, tapi rasanya susyaaah syekalii menuangkannya ke dalam kata-kata. Saking banyaknya hal yang ingin diceritain jadi rasanya terlalu luas untuk menyajikannya hanya dalam satu cerita. Jadi saya berencana (rencana yak hihi) membaginya ke beberapa post yang mudah-mudahan inti ceritanya bisa disampaikan dengan menarik.
Cerita dimulai dari yang ekstrim dulu yak… haha, yaitu cerita tabrakan. Pas liburan, tepatnya di awal-awal liburan! Gimana langsung gak mood coba liburannya 😀 tapi the show must go on! Mau balik lagi ke rumah itu sesuatu yang mahal… hotel-hotel udah di booking, pun posisi kami saat itu udah di tengah-tengah. Rasanya ya senang, sedih, takut, khawatir dalam satu waktu. Puas? Tentu saja tidaaakkks!
Jadi kejadiannya itu di parkiran McD kawan-kawan, bukan di jalan tol Jerman yang kecepatannya bisa 160KM/jam, juga bukan di jalan sempit berkelak-kelok. Di parkiran! (perlu ya mbak diulang-ulang :P). Jadi gini, parkirannya itu berbentuk huruf L (bayangin huruf L ya). Nah posisi parkir kami ada di ujung L (bawah), sedangkan partner tabrakan kami berada di ujung L lain (atas). Kami berdua sama-sama mau ke arah tengah-tengah L, terbayang sudah kan ya tabrakannya bagaimana? Nah, masalahnya posisi partner tabrakan kami itu berasal dari arah kanan kami, jadi mau tidak mau, meskipun beliau yang ngebut tetap kami lah yang (pasti) salah karena seharusnya kami mengalah untuk tidak maju dulu. Itu aturan lalu lintas baku yang berlaku di Eropa.
Saya duduk di sebelah pak suami yang sedang nyetir, tetapi fokus saya lagi ke piring makanan jadi kepala agak nunduk. Terbesit rasa bersalah kenapa saya tidak menengok ke kanan untuk ikut memastikan jalan kosong. Yasyudah… tetep positive thinking!namanya juga ditakdirkan untuk bertabrakan ya syudah Alhamdulillah rasa bersalah itu lama kelamaan hilang dengan sendirinya. Brukk! mobil berhenti tapi agak goyang. Wohooo ternyata bemper kanan depan mobil menubruk bemper kiri mobil orang. Seketika saya dan pak suami saling memandang dalam diam. Saya mencoba tenang dan Alhamdulillah emang tenang sih… alhamdulillahnya juga pak suami bisa menghadapi masalahnya dengan tidak panik. Saya mencoba untuk tidak berkomentar. Kami tidak saling menyalahkan. Seingat saya ketika pak suami telah memastikan apa yang terjadi beliau cuma bilang, “Tabrakan, Pur”. WKWKWK.
Kami bertabrakan dengan mobil plat Jerman (kami sendiri plat Belanda) dan tabrakan itu terjadi di Austria. Ternyata kami bertabrakan dengan seorang wanita muda dan dia tidak bisa berbahasa Inggris. Judes sekali orangnya hehe… bahkan sampai masalah selesai di TKP pun kami tidak tahu siapa namanya. Dia histeris sampai nangis duduk di lantai. Ada satu pengunjung (warga Austria) yang menjadi saksi tabrakan itu dan dia lah yang menelepon polisi. Nah lho kebayang gak sih bakal berurusan dengan polisi di negara lain. Pengunjung itu juga yang bisa berkomunikasi dengan wanita itu karena dia bisa berbahasa Jerman. Kami bertanya padanya, “Apakah dia (wanita itu) tidak apa-apa?”. Dia menjawab, “Tidak apa-apa, dia cuma syok.” Kami juga syok kali hahahaha.. bahkan mobil kami rusaknya lebih parah dari dia. Sampai-sampai seharusnya mobil kami diderek, tapi karena kami takut biayanya mahal pak suami mencoba berbagai macam cara supaya mobil bisa jalan setidaknya sampai bengkel. Disini saya juga salut dengan pak suami, masih bisa solutif at the hardest time.
Akhirnya dua orang polisi datang dan syukur tidak seseram yang dibayangkan. Tidak ada drama, polisi bersikap baik kepada kedua belah pihak. Pertanyaan pertama, “Apakah ada yang terluka?”. Selanjutnya polisi menanyakan kronologis kejadian kepada kedua belah pihak menurut versinya masing-masing. Setelah mendengar cerita, polisi bertanya apakah mau diselesaikan secara damai atau dibuatkan laporannya. Ternyata wanita itu tidak mau dan memilih dibuatkan laporan polisinya. Maksudnya disini adalah bukan berarti kami dihukum dan diadili, tetapi laporan polisi itu diperlukan untuk klaim asuransi. Dan kemungkinan besar kami yang salah (menurut aturan) maka asuransi kami lah yang akan menanggung biaya perbaikannya. Memang setiap kendaraan disini wajib diasuransikan. Nah asuransinya itu sendiri yang bisa kita pilih, apakah mau yang full service atau yang tidak. Kebetulan kami memilih asuransi yang menanggung biaya perbaikan mobil lain, jika terjadi tabrakan dan kami yang salah, jadi perbaikan mobil kami sendiri tidak tertanggung. Tidak butuh waktu lama akhirnya pemeriksaan selesai. Polisi bilang laporan akan dikirim dalam dua minggu, kami diberi kartu nama polisinya, contact personnya lah.. Terakhir kami bertanya apakah kami masih boleh jalan dengan kondisi mobil seperti ini. Polisi bilang ya silakan karena darurat tetapi lebih baik kami ke bengkel dulu untuk memastikan keamanannya. Polisi menunjuk bengkel di seberang jalan. Setelah bersalaman polisi kemudian pergi.
Masalahnya mobil tidak bisa diajak jalan. Ada bagian bemper yg penyok ke arah ban, jadi ban tidak bisa berputar. Saya menunggu di mobil sedangkan suami menghubungi bengkel. Cukup lama suami balik ke mobil. Bengkel di seberang kok lama sekali… pikir saya. Ternyata setelah kembali ke mobil suami cerita kalau di bengkel seberang, mobil harus diinapkan karena harus mengantri dan kita bukan member jadi bukan prioritasnya. Makanya suami jalan kaki mencari bengkel lain. Alhamdulillah di tengah kesulitan ada kemudahan… tidak jauh dari bengkel itu ada bengkel mobil merk mobil kami. Bengkel resmi tepatnya. Dan dia bisa memperbaiki mobil kami asaaaal… mobil kami yang kesana (montir tidak bisa ke TKP). Meski kami ceritakan mobil kami tidak bisa jalan tetap montir tidak bisa ke TKP, solusi mereka adalah mobil derek. Beuuuh kebayang sudah besarnya biaya jika kami menggunakan mobil derek, belum lagi nanti kami akan servis di bengkel resmi hiks hiks.. Akhirnya atas izin Allah dengan berbagai usaha pak suami ngotak-ngatik sana sini, mobil bisa dibawa ke bengkel. Pada saat itu saya hanya berdoa semoga hari ini bisa dilalui, masalah teratasi. Hari itu sudah sore, jam 4 sore. Kami takut keburu malam. Pikiran saya sudah ke… nanti menginap dimana jika harus disini.
Alhamdulillah sampai bengkel resmi kami bertemu dengan supervisor servisnya. Suami bilang tolong diperbaiki cepat, hanya supaya mobil bisa jalan dan aman. Jreng jreng jreng… ternyata ada part yang diganti, terutama lampu depan. Udah gitu ketika bemper mau dipotong… suami teriak.. wait! Apakah gak ada usaha lain selain memotong bemper? Montir bilang nope. Yowesss akhirnya kami pasrah. Setelah otak-atik lalu test drive akhirnya mobil bisa jalan kembali meski penampilannya belum baik. Sudah kebayang saya mau bilang kalau biayanya besar, pakai saja dulu tabungan Mandiri saya.
Tetapi janji Allah itu pasti. Di tengah kesulitan ada kemudahan… kali ini pun berlaku di bengkel itu. Ketika kami bertanya berapa biayanya, supervisor servis bilang…. “No, this is your key!” sambil menyerahkan kunci, “What, is it free?”, suami syok. “Yeaaaaa… sekarang udah lewat waktu kerja jadi you pay for nothing“. Huwaaaa Alhamdulillah. Memang mobil itu selesai diperbaiki ketika sudah melewati jam buka bengkel. Tetapi kalau dipikir-pikir bisa saja malah para montir itu masuknya lembur karena dipekerjakan di luar jam kerjanya, mengingat pekerjaan jasa disini sangat dihargai. Tetapi atas izin Allah… kami mendapat kemudahan kembali. Mungkin juga supervisor itu kasian kepada kami hahahaha… orang asing, badannya kecil, plat mobil Belanda dan membawa bayi 😛 Apapun perasaan kami hari itu naik turun antara takut, senang, sedih, dan khawatir. Selanjutnya adalah what will we do next? Mau balik ke Belanda rasanya berat karena hotel sudah di-booking dan perjalanan sudah jauh, mau lanjut…. kami harus berbesar hati karena akan berjalan beribu kilometer lagi dengan keadaan mobil bekas tabrakan (terlihat jelas sekali bemper depan kanan kami rusak).
Akhirnya kami memutuskan lanjut.. the show must go on! Hari itu kami memutuskan langsung ke hotel yang sudah dipesan. Di malam hari akhirnya kami mulai membahas mengenai tabrakan. Sempat ada air mata disana tetapi tetap kami bersyukur adanya kemudahan di tengah kesulitan. Pengalaman ini sungguh membuka kembali keyakinan (saya khususnya) kepada Allah. Semoga kami menjadi lebih baik. AAMIIN.